Sosok Santo Yusuf dalam kesunyian Nazaret.
Santo Yusuf, bapak asuh
Yesus dan suami Santa Perawan Maria setia pada panggilannya untuk mendampingi
Maria dan Yesus. Ia tidak keberatan. Ia bahagia dapat melakukan hal-hal sederhana,
bagi keluarganya, di Kota Nazaret. Semua yang dilakukannya dalam kesunyian
Nazaret, ia lakukan bagi Tuhan untuk kebahagiaan Maria dan Yesus.
Kita dapat melihat dalam
gereja peranan Santo Yusuf semakin lama semakin besar.kenyataannya kita sukar
mengubur perannya dalam iman kita.Maka tidak salah jika kita berpaling
kepadanya untuk mendapatkan pengertian tentang hidup Katolik sejati,yaitu hidup
dalam Yesus,bersama Yesus dan untuk Yesus.
Santo Yusuf
dalam Kitab Suci
Santo Yusuf berasal dari keturunan Daud dan hidup sederhana sebagai seorang tukang kayu di Nazareth. Ia seorang yang berani, murni hati, jujur, tulus, setia, rendah hati, lemah lembut. Ketika tahu bahwa Maria telah mengandung sebelum hidup sebelum sebagai suami-istri, Yusuf tidak mau mencemarkan nama baiknya di masyarakat. Dengan diam-diam ia bermaksud menceraikannya. Di satu pihak, dia tak dapat mengerti bagaimana Maria dapat hamil. Di pihak lain, dia amat yakin bahwa Maria tidak berdosa. Karena itu, dia mencari jalan keluar yang terbaik. Namun, niatnya itu dibatalkannya ketika mendapat perintah malaikat dalam mimpinya (Mat 1:18-24). Ia adalah seorang seorang yang setia dan patuh kepada bisikan ilahi yang menggema halus dalam hatinya.
Beberapa kali malaikat mengunjung dia dalam mimpi. Yusuf melaksanakan segala perintahnya dalam diam, tanpa kata. Perintah kedua diterimanya setelah Yesus lahir. Raja Herodes mau membunuh kanak-kanak Yesus dengan jalan menghabisi semua anak laki-laki di bawah usia dua tahun. Yusuf diberitahu untuk menyelamatkan Yesus beserta ibu-Nya ke Mesir. Ia langsung melaksanakan perintah dengan membawa Yesus serta ibu-Nya ke tanah Mesir (Mat 2:13-15). Setelah kematian Herodes, kembali malaikat memerintahkannya agar kembali ke Israel. Ia bertindak bijaksana dan hati-hati. Ia tidak membawa Yesus dan Maria kembali ke Betlehem melainkan ke Nazaret di Galilea (Mat 2:19-23).
Dalam Kitab Suci tercermin sikap kesetiaan Yusuf sebagai suami dan bapak asuh Yesus. Hal itu tampak ketika Yesus hilang dalam perjalanan pulang ke Nazaret setelah merayakan Paskah Yahudi di Yerusalem. Tiga hari penuh, ia bersama Maria setia mencari Yesus. Akhirnya, mereka menemukan-Nya, di Bait Allah Yerusalem. Yesus sedang berdiskusi dengan para ahli Kitab (Luk 41-52). Ia mendekati Putranya itu dengan sikap lemah lembut, sederhana dan rendah hati. Kesederhanaan dan kelemahlembutannya itulah yang membuat Yesus meninggalkan para ahli Kitab dan segera mengikuti mereka untuk kembali ke Nazaret.
Santo Yusuf berasal dari keturunan Daud dan hidup sederhana sebagai seorang tukang kayu di Nazareth. Ia seorang yang berani, murni hati, jujur, tulus, setia, rendah hati, lemah lembut. Ketika tahu bahwa Maria telah mengandung sebelum hidup sebelum sebagai suami-istri, Yusuf tidak mau mencemarkan nama baiknya di masyarakat. Dengan diam-diam ia bermaksud menceraikannya. Di satu pihak, dia tak dapat mengerti bagaimana Maria dapat hamil. Di pihak lain, dia amat yakin bahwa Maria tidak berdosa. Karena itu, dia mencari jalan keluar yang terbaik. Namun, niatnya itu dibatalkannya ketika mendapat perintah malaikat dalam mimpinya (Mat 1:18-24). Ia adalah seorang seorang yang setia dan patuh kepada bisikan ilahi yang menggema halus dalam hatinya.
Beberapa kali malaikat mengunjung dia dalam mimpi. Yusuf melaksanakan segala perintahnya dalam diam, tanpa kata. Perintah kedua diterimanya setelah Yesus lahir. Raja Herodes mau membunuh kanak-kanak Yesus dengan jalan menghabisi semua anak laki-laki di bawah usia dua tahun. Yusuf diberitahu untuk menyelamatkan Yesus beserta ibu-Nya ke Mesir. Ia langsung melaksanakan perintah dengan membawa Yesus serta ibu-Nya ke tanah Mesir (Mat 2:13-15). Setelah kematian Herodes, kembali malaikat memerintahkannya agar kembali ke Israel. Ia bertindak bijaksana dan hati-hati. Ia tidak membawa Yesus dan Maria kembali ke Betlehem melainkan ke Nazaret di Galilea (Mat 2:19-23).
Dalam Kitab Suci tercermin sikap kesetiaan Yusuf sebagai suami dan bapak asuh Yesus. Hal itu tampak ketika Yesus hilang dalam perjalanan pulang ke Nazaret setelah merayakan Paskah Yahudi di Yerusalem. Tiga hari penuh, ia bersama Maria setia mencari Yesus. Akhirnya, mereka menemukan-Nya, di Bait Allah Yerusalem. Yesus sedang berdiskusi dengan para ahli Kitab (Luk 41-52). Ia mendekati Putranya itu dengan sikap lemah lembut, sederhana dan rendah hati. Kesederhanaan dan kelemahlembutannya itulah yang membuat Yesus meninggalkan para ahli Kitab dan segera mengikuti mereka untuk kembali ke Nazaret.
Hingga kini, tanggapan
khas yang kerap dijumpai mengenai pribadi Santo Yusuf sebagai suami Maria dan
ayah asuh Yesus adalah seorang ayah yang tulus hati, setia, jujur, dan baik,
entah melalui teladan hidup, kata-kata maupun tindakannya. Secara tulus, ia
mencintai Maria dan Yesus dengan seluruh jiwa-raganya. Cintanya sungguh tidak
terbagi, penuh kehangatan dan selalu memberi. Cintanya sungguh tidak
mengharapkan balasan apa pun. Itulah sebabnya Yesus bertumbuh dan berkembang
dalam semangat cinta yang sama.
Santo Yusuf memiliki suatu peran istimewa,yang lebih manis,lebih mesra mengambil tempat dalam hati kita.Pada Masa Natal menghadirkan kebesaran Santo Yusuf sebagai seorang yang taat pada kehendak Allah dan seorang bapa yang dapat menjadi figur setia keluarga kristiani.Santo Yusuf menjadi “tersembunyi“ supaya Anaknya menjadi besar.Santo Yusuf ,engkau adalah teladanku.
Santo Yusuf memiliki suatu peran istimewa,yang lebih manis,lebih mesra mengambil tempat dalam hati kita.Pada Masa Natal menghadirkan kebesaran Santo Yusuf sebagai seorang yang taat pada kehendak Allah dan seorang bapa yang dapat menjadi figur setia keluarga kristiani.Santo Yusuf menjadi “tersembunyi“ supaya Anaknya menjadi besar.Santo Yusuf ,engkau adalah teladanku.