Selasa, 26 April 2011

Harmonisnya Kehidupan di Larantuka...

Ada pemandangan yang indah saat prosesi Jumat Agung di Larantuka, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, Jumat malam (22/4/2011). Beberapa pemuda dengan kopiah dan peci ikut menjaga ketertiban pada saat prosesi puncak Semana Santa, pekan suci perayaan Paskah di Larantuka.
Mereka merupakan Remaja Masjid Agung Aswada Kabupaten Flores Timur. Ada sekitar 10 pemuda yang turun malam itu. Mereka adalah anggota Masjid Agung, Kelurahan Eka Sapta, Larantuka.
"Tradisi di sini sangat tinggi tingkat toleransi beragama. Kalau mereka (umat Katolik) ada acara, kita ikut bantu. Dan sebaliknya, kalau kami ada kegiatan agama, mereka pasti ikut bantu," kata Noor Siru, salah satu anggota Remaja Masjid Agung Aswada yang ikut turun menjaga lalu lintas umat di Gereja Kathedral. Mereka bertugas menjadi pagar betis di depan gereja.
"Kami menjaga supaya tidak ada umat terobos masuk atau tidak menyelonong. Jadi biar tertib," jelasnya.
Para pemuda ini rata-rata sudah lima tahun membantu kegiatan di gereja. Apalagi saat perayaan Semana Santa. Sehingga menurut Noor mereka sudah hafal dengan ritual-ritual tersebut. "Saya kurang tahu dari kapan tradisi ini. Tapi ini sudah diturunkan dari generasi ke generasi. Sejak awal, Islam sudah berperan di Larantuka," tutur Noor.
Tahun lalu, saat perayaan Semana Santa yang ke 500 tahun, para pemuda ikut membantu. Bahkan Imam Masjid turut hadir. "Sebaliknya juga. Saat pembangunan masjid, mulai dari peletakan batu pertama sampai sekarang, pemuda Katolik terus bantu-bantu. Bapak Uskup sampai turun langsung, hadir saat peletakan batu," cerita Noor.
Ia mengatakan di Larantuka, warga yang bergama Islam dan Katolik selama berabad-abad hidup bersama dengan harmonis dan selalu rukun. "Kami merasa berada dalam satu rahim pelindung kota Larantuka. Satu tanah kelahiran. Di sini rata-rata sudah campur karena pernikahan. Jadi pasti punya saudara beda agama. Jadi tidak mungkin ada perkelahian atau seteru antar agama," tuturnya. Misalnya salah satu pemuda Muslim menuturkan ia memiliki nenek dan sepupu beragama Katolik.
Sementara itu, Raja Larantuka Don Tinus menceritakan kepada Kompas.com bahwa umat Islam di Larantuka sudah melewati sejarah panjang. Di abad ke-16, Raja Larantuka mengangkat tujuh suku Islam sebagai kerabat Raja karena telah membantu Raja dalam melawan pemberontakan raja-raja kecil. Sebagai imbalan, Raja memberikan tempat untuk mereka menetap.
"Dulu, saat seperti ini mereka mengantar kue bolo kekera atau kue rambut, kue cucur, dan kue kembang goyang. Kue-kue diantar oleh keluarga-keluarga Muslim dan dibawa ke 8 armida (tempat perhentian prosesi Jumat Agung). Kadang juga mereka memberikan lilin. Mereka juga ikut prosesi saat bagian akhir," kisah Don.
Sayang, abad ke-19 ritual ini mulai hilang. Karena itu, pihaknya berencana menghidupkan kembali ritual tersebut pada perayaan 100 tahun tujuh suku Islam menetap di tempat yang diberikan Raja. "Supaya tradisi sejarah dan kekerabatan Katolik-Islam dapat dirayakan. Kami coba kembangkan lagi tradisi ini di lintas agama antara pemuda," ungkapnya.
Semana Santa adalah pekan suci yang dimulai dari Minggu Palem sampai Minggu Paskah. Ritual puncaknya pada saat Jumat Agung. Semana Santa merupakan perayaan Katolik khas masyarakat Larantuka, Flores Timur, NTT.
Ritual ini sudah berlangsung selama 500 tahun dan merupakan ritual peninggalan Portugis. Semua tradisi, ornamen, dan perlengkapan yang digunakan dalam pelaksanaan prosesi Jumat Agung adalah warisan Portugis. Bahkan untuk doa dan kidung pujian menggunakan bahasa Portugis. 

Senin, 25 April 2011

Semana Santa



Semana Santa

Semana Santa merupakan perayaan Katolik khas masyarakat Larantuka, Flores Timur, NTT. Ritual ini sudah berlangsung selama 500 tahun dan merupakan ritual peninggalan Portugis.
Semana Santa adalah pekan suci yang dimulai dari Minggu Palem sampai Minggu Paskah. Ritual puncaknya pada saat Jumat Agung.
Hakekat prosesi Semana Santa adalah dramatisasinya  perjalanan kisah sengsara Kristus dari Getzemani menuju Kalvari. Narasi itu dihidupkan melalui medium pentasan dengan sederet adegan tambahan yang menggugah iman. Makna yang menggugah iman dengan Sentuhan budaya Romawi, Portugis dan Melayu dipadu dengan religiositas Kristiani,inilah yang boleh jadi menggerakkan peziarah yang setiap tahun terus menyesaki kota kecil itu. Di Nagi (Kota Larantuka), peziarah mengalami kehadiran Kristus yang menyelamatkan dalam rahasia Paskah,serta  untuk merenungkan makna universal sengsara dan korban Kristus demi keselamatan dunia. Maka,tak heran lautan lilin bernyala di tangan para peziarah yang menghiasi keelokan Larantuka pada malam prosesi Jumat Agung yang  mengungkapkan solidaritas dukacita agung seluruh umat manusia bersama Bunda Maria (Tuan Ma) yang tengah meratapi kematian Yesus, Anaknya.(Tuan Ana). Fakta menarasikan bahwa devosi kepada Maria terasa kuat hidup dan mengaliri denyut nadi umat Keuskupan Larantuka


Tradisi Rabu trewa memang unik dan hanya ada di Larantuka dan sekitarnya.
Disebut trewa karena berdasarkan sejarahnya pada hari itu Yesus dibelenggu dan dia  menjadi awal dari kisah sengsara Yesus Kristus.

Sejak Rabu pagi, dua kapela, yakni Kapela Tuan Ma di Pantai Kebis, Kelurahan Larantuka dan Kapela Tuan Ana di Kelurahan Lohayong, diadakan doa dengan upacara yang diatur secara baku oleh suku-suku yang telah mentradisi. Sedangkan pada sore hari diadakan lamentasi (ratapan Nabi Yeremia).


Pada hari Kamis Putih pagi anak nagi mulai ‘tikam turo’,siang nya di Kapela juga dilakukan upacara ‘muda Tuan’, yakni upacara pembukaan peti yang selama satu tahun ditutup oleh petugas confreria yang telah diangkat melalui sumpah. "Pada saat itu pula arca Mater Dolorosa dibersihkan dan dimandikan lalu dihiasi. Setelah itu kesempatan diberikan kepada umat untuk menyembah/bersujud dengan menyampaikan promesa (intensi-intensi khusus) berupa mohon berkat dan rahmat Tuhan. Umat yakin, Bunda Maria akan membawa doa dan permohonannya kepadaTuhan Yesus (Per Mariam ad Yesum). Sedangkan pintu Kapela Tuan Ma dan Tuan Ana baru dibuka pada Kamis Sore oleh Raja Keturunan Diaz Viera de Godinho

Seperti tradisi Gereja Katolik sejagat, pada Kamis Putih malam, di Gereja Reinha Rosari diadakan perayaan ekaristi pembasuhan kaki 12 rasul yang dilanjutkan dengan adorasi (penyembahan) umum, doa bergilir di depan sakramen Maha Kudus, mencium Tuan Ma di Kapela Tuan Ma, dan mencium Tuan Ana di Kapela Tuan Ana. Yang unik, pada tahap ini disiapkan secara sukarela empat orang untuk melakukan promesa lakademu. Tugas lakademu (Nikodemus) hanya dari Gereja Reinha Rosari sampai ke Kapela Tuan Ana selama prosesi Jumat Agung malam. Para anggota lakademu ini memeriksa rute perjalanan dan mengecek kesiapan armida-armida (tempat perhentian). Aksi jalan-jalan melakukan ‘inspeksi’ ini disebut jalan kure. Para lakademu berjalan bergandengan tangan sepanjang rute prosesi dan berhenti di tiap armida memeriksa keamanan jalan dan keadaan sekitar delapan armida itu.

Ø
Pada hari Jumad Agung merupakan Ritual puncak dari perayaan Semana Santa. Patung Tuan Ma (Bunda Maria) dan Patung Tuan Ana (Yesus) akan diarak keliling Larantuka yang diwakili oleh 8 armida (tempat perhentian). Umat mulai bergerak dari Gereja Kathedral mengantar Patung Tuan Ma dan Patung Tuan Ana menuju setiap armida. Armida-armida tersebut menyimbolkan kehidupan Yesus mulai dari masa Bunda Maria mengandung hingga wafatnya Yesus. Sambil berjalan, mereka terus melantunkan Salam Maria dan kidung-kidung. Masing-masing membawa lilin. Di Gereja Kathedral dan di setiap armida dilantunkan kidung "O Vos" atau ratapan derita Yesus.

Prosesi Jumat Agung merupakan perarakan mengantar jenazah Yesus Kristus setelah disalibkan. Sebetulnya yang inti adalah Yesus yang tersalib dan wafat. Sedangkan Bunda Maria adalah ibu yang bersedih, bunda yang berduka (mater dolorosa), karena kehilangan puteranya

Dalam pelaksanaannya, perjalanan prosesi mengelilingi Kota Larantuka menyinggahi 8 armida/perhentian (lambang 8 suku yang berfungsi) yaitu :
  1. Armida suku Mulawato (Pantai Besar) di Kelurahan Lohayong dan Pohon Sirih.
  2. Armida umat Sarotari di Pohon Sirih dan Balela, yang berpelindung Amu Tuan Meninu (Tuan Bayi Anak).
  3. Armida Suku Amakelen dan ama Hurint Balela di Kapela St. Philipus Balela
  4. Armida Suku Kapitan Jentera dengan pelindung Amu Tuan Trewa (Tuan Terbelenggu). 
  5. Armida Suku Riberu da Gomes di depan Kapela Tuan Ma.
  6. Armida suku Sau/Diaz di  Kapela Benteng Daud/Pohon Sirih dengan pelindung St. Antonius dari Padua. 
  7. Armida keluarga Raja Diaz Viera de Godinho di Armida Kuce di depan istana Raja Larantuka 
  8. Armida suku Amaleken Lewonama  di Kapela Tuan Ana. Di Armida ini, prosesi berarak kembali menuju Gereja Katedral sebagai akhir dan pusat dari prosesi Jumat Agung. Di armida ini juga Yesus diturunkan dari Salib dan diletakkan pada pangkuan Bunda Maria. Di sini akhir dari sengsara Yesus, dimana seluruh umat dihantar Yesus masuk ke dalam Gereja Reinha Rosari Larantuka.

.




koleksi baju






Jumat, 22 April 2011

Patung Tuan Ma Diarak Keliling Larantuka KOMPAS IMAGES/FIKRIA HIDAYAT Warga menyalakan lilin ketika berziarah ke makam keluarga di Permakaman Katholik Reinha Rosari, sebagai rangkaian Pekan Suci atau Semana Santa bagi umat Katholik di Larantuka, Flores Timur, NTT, Jumat (22/4/2011) petang. Malam hari, juga dilaksanakan acara lainnya di antaranya prosesi Jumat Agung mengelilingi Kota Larantuka. Jumat, 22 April 2011 | 22:45 WIB  LARANTUKA, POS KUPANG.Com - Umat dan peziarah di Larantuka, Flores Timur, NTT, memadati Gereja Kathedral untuk melakukan prosesi puncak Jumat Agung, Jumat (22/4/2011). Patung Tuan Ma (Bunda Maria) dan Patung Tuan Ana (Yesus) akan diarak keliling Larantuka yang diwakili oleh 8 armida (tempat perhentian).  Sekitar pukul 19.00, umat mulai bergerak dari Gereja Kathedral mengantar Patung Tuan Ma dan Patung Tuan Ana menuju setiap armida. Armida-armida tersebut menyimbolkan kehidupan Yesus mulai dari masa Bunda Maria mengandung hingga wafatnya Yesus.  Delapan armida melambangkan 8 suku yang sebelumnya, pada pukul 18.00, Lakademu atau petugas yang akan menandu patung Tuan Ana melakukan jalan kure. Jalan kure adalah memeriksa situasi keamanan di sepanjang rute yang akan dilewati patung Tuan Ma dan patung Tuan Ana. Lakademu menggunakan baju khas Portugis dengan busana tertutup hingga ke wajah.  Sementara itu, di sore hari warga mulai menempatkan gambar dan patung Bunda Maria di muka rumah yang akan dilewati Patung Ma dan Patung Ana. Armida-armida pun dirias. Malam saat iring-iringan, ribuan umat dan peziarah baik penduduk Larantuka maupun pengunjung dari luar kota dan mancangera berbaur turun ke jalan.  Sambil berjalan, mereka terus melantunkan Salam Maria dan kidung-kidung. Masing-masing membawa lilin. Di Gereja Kathedral dan di setiap armida dilantunkan kidung "O Vos" atau ratapan derita Yesus.  Semana Santa adalah pekan suci yang dimulai dari Minggu Palem sampai Minggu Paskah. Ritual puncaknya pada saat Jumat Agung. Semana Santa merupakan perayaan Katolik khas masyarakat Larantuka, Flores Timur, NTT. Ritual ini sudah berlangsung selama 500 tahun dan merupakan ritual peninggalan Portugis.  Semua tradisi, ornamen, dan perlengkapan yang digunakan dalam pelaksanaan prosesi Jumat Agung adalah warisan Portugis. Bahkan untuk doa dan kidung pujian menggunakan bahasa Portugis.

Kamis, 21 April 2011

Apa yang telah ku cintai..... dan yang ku cintai kini.....
akan ku cintai sampai mati.......











Kapal Dibajak, Korsel Kerahkan Militer, Indonesia Masih Diam

Pemerintah Korea Selatan (Korsel) akhirnya menyatakan bahwa kapal kargo Hanjin Tianjin kemungkinan telah menjadi korban pembajakan kawanan perompak. Kapal destroyer Korsel segera dikerahkan.


Menurut perusahaan pemilik Hanjin Tianjin, kapal itu mengangkut 20 awak, 14 dari Korsel dan enam dari Indonesia, dan terakhir kali melaporkan serangan bajak laut saat melintasi perairan dekat Somalia pada Kamis pagi.

"Kapal itu kemungkinan telah dibajak," kata Cho Byung-jae, juru bicara Kementrian Luar Negeri Korsel, yang dikutip kantor berita Yonhap. Cho mengatakan bahwa sebuah kapal perang Korsel telah dikerahkan menuju lokasi kapal Hanjin Tianjin. Kapal itu tidak bergerak sejak melaporkan serangan dari kelompok perompak, beberapa ratus kilometer dari lepas pantai Somalia.

Namun, Cho tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai langkah selanjutnya, apakah militer Korsel segera melakukan operasi penyelamatan, seperti yang dilakukan Januari lalu atas kasus yang sama. Kala itu pasukan khusus Korsel menyerbu kapal Samho Jewelery yang dibajak perompak. Penyerbuan itu menyelamatkan 21 awak kapal, dua adalah warga negara Indonesia.

Sementara itu, juru bicara Kepresidenan Korsel, Hong Sang-pyo, mengatakan bahwa kapal tipe destroyer Angkatan Laut Choi Young "tidak akan butuh lama" untuk sampai ke lokasi pembajakan. Namun, seperti Cho, Hong tidak bersedia memberi penjelasan lebih lanjut. "Situasi saat ini sangat cair dan sensitif," kata Hong.

Korsel diketahui menempatkan satu unit militer anti perompakan di lepas pantai Somalia. Mereka bergabung dalam gugus tugas internasional, yang digalang Amerika Serikat.

Menurut perusahaan pemilik Hanjin Tianjin, kapal itu membawa 20 awak, 14 berasal dari Korsel dan enam dari Indonesia. Bila benar demikian, maka semakin bertambah jumlah warga Indonesia yang menjadi korban pembajakan kawanan perompak.