Senin, 25 April 2011

Semana Santa



Semana Santa

Semana Santa merupakan perayaan Katolik khas masyarakat Larantuka, Flores Timur, NTT. Ritual ini sudah berlangsung selama 500 tahun dan merupakan ritual peninggalan Portugis.
Semana Santa adalah pekan suci yang dimulai dari Minggu Palem sampai Minggu Paskah. Ritual puncaknya pada saat Jumat Agung.
Hakekat prosesi Semana Santa adalah dramatisasinya  perjalanan kisah sengsara Kristus dari Getzemani menuju Kalvari. Narasi itu dihidupkan melalui medium pentasan dengan sederet adegan tambahan yang menggugah iman. Makna yang menggugah iman dengan Sentuhan budaya Romawi, Portugis dan Melayu dipadu dengan religiositas Kristiani,inilah yang boleh jadi menggerakkan peziarah yang setiap tahun terus menyesaki kota kecil itu. Di Nagi (Kota Larantuka), peziarah mengalami kehadiran Kristus yang menyelamatkan dalam rahasia Paskah,serta  untuk merenungkan makna universal sengsara dan korban Kristus demi keselamatan dunia. Maka,tak heran lautan lilin bernyala di tangan para peziarah yang menghiasi keelokan Larantuka pada malam prosesi Jumat Agung yang  mengungkapkan solidaritas dukacita agung seluruh umat manusia bersama Bunda Maria (Tuan Ma) yang tengah meratapi kematian Yesus, Anaknya.(Tuan Ana). Fakta menarasikan bahwa devosi kepada Maria terasa kuat hidup dan mengaliri denyut nadi umat Keuskupan Larantuka


Tradisi Rabu trewa memang unik dan hanya ada di Larantuka dan sekitarnya.
Disebut trewa karena berdasarkan sejarahnya pada hari itu Yesus dibelenggu dan dia  menjadi awal dari kisah sengsara Yesus Kristus.

Sejak Rabu pagi, dua kapela, yakni Kapela Tuan Ma di Pantai Kebis, Kelurahan Larantuka dan Kapela Tuan Ana di Kelurahan Lohayong, diadakan doa dengan upacara yang diatur secara baku oleh suku-suku yang telah mentradisi. Sedangkan pada sore hari diadakan lamentasi (ratapan Nabi Yeremia).


Pada hari Kamis Putih pagi anak nagi mulai ‘tikam turo’,siang nya di Kapela juga dilakukan upacara ‘muda Tuan’, yakni upacara pembukaan peti yang selama satu tahun ditutup oleh petugas confreria yang telah diangkat melalui sumpah. "Pada saat itu pula arca Mater Dolorosa dibersihkan dan dimandikan lalu dihiasi. Setelah itu kesempatan diberikan kepada umat untuk menyembah/bersujud dengan menyampaikan promesa (intensi-intensi khusus) berupa mohon berkat dan rahmat Tuhan. Umat yakin, Bunda Maria akan membawa doa dan permohonannya kepadaTuhan Yesus (Per Mariam ad Yesum). Sedangkan pintu Kapela Tuan Ma dan Tuan Ana baru dibuka pada Kamis Sore oleh Raja Keturunan Diaz Viera de Godinho

Seperti tradisi Gereja Katolik sejagat, pada Kamis Putih malam, di Gereja Reinha Rosari diadakan perayaan ekaristi pembasuhan kaki 12 rasul yang dilanjutkan dengan adorasi (penyembahan) umum, doa bergilir di depan sakramen Maha Kudus, mencium Tuan Ma di Kapela Tuan Ma, dan mencium Tuan Ana di Kapela Tuan Ana. Yang unik, pada tahap ini disiapkan secara sukarela empat orang untuk melakukan promesa lakademu. Tugas lakademu (Nikodemus) hanya dari Gereja Reinha Rosari sampai ke Kapela Tuan Ana selama prosesi Jumat Agung malam. Para anggota lakademu ini memeriksa rute perjalanan dan mengecek kesiapan armida-armida (tempat perhentian). Aksi jalan-jalan melakukan ‘inspeksi’ ini disebut jalan kure. Para lakademu berjalan bergandengan tangan sepanjang rute prosesi dan berhenti di tiap armida memeriksa keamanan jalan dan keadaan sekitar delapan armida itu.

Ø
Pada hari Jumad Agung merupakan Ritual puncak dari perayaan Semana Santa. Patung Tuan Ma (Bunda Maria) dan Patung Tuan Ana (Yesus) akan diarak keliling Larantuka yang diwakili oleh 8 armida (tempat perhentian). Umat mulai bergerak dari Gereja Kathedral mengantar Patung Tuan Ma dan Patung Tuan Ana menuju setiap armida. Armida-armida tersebut menyimbolkan kehidupan Yesus mulai dari masa Bunda Maria mengandung hingga wafatnya Yesus. Sambil berjalan, mereka terus melantunkan Salam Maria dan kidung-kidung. Masing-masing membawa lilin. Di Gereja Kathedral dan di setiap armida dilantunkan kidung "O Vos" atau ratapan derita Yesus.

Prosesi Jumat Agung merupakan perarakan mengantar jenazah Yesus Kristus setelah disalibkan. Sebetulnya yang inti adalah Yesus yang tersalib dan wafat. Sedangkan Bunda Maria adalah ibu yang bersedih, bunda yang berduka (mater dolorosa), karena kehilangan puteranya

Dalam pelaksanaannya, perjalanan prosesi mengelilingi Kota Larantuka menyinggahi 8 armida/perhentian (lambang 8 suku yang berfungsi) yaitu :
  1. Armida suku Mulawato (Pantai Besar) di Kelurahan Lohayong dan Pohon Sirih.
  2. Armida umat Sarotari di Pohon Sirih dan Balela, yang berpelindung Amu Tuan Meninu (Tuan Bayi Anak).
  3. Armida Suku Amakelen dan ama Hurint Balela di Kapela St. Philipus Balela
  4. Armida Suku Kapitan Jentera dengan pelindung Amu Tuan Trewa (Tuan Terbelenggu). 
  5. Armida Suku Riberu da Gomes di depan Kapela Tuan Ma.
  6. Armida suku Sau/Diaz di  Kapela Benteng Daud/Pohon Sirih dengan pelindung St. Antonius dari Padua. 
  7. Armida keluarga Raja Diaz Viera de Godinho di Armida Kuce di depan istana Raja Larantuka 
  8. Armida suku Amaleken Lewonama  di Kapela Tuan Ana. Di Armida ini, prosesi berarak kembali menuju Gereja Katedral sebagai akhir dan pusat dari prosesi Jumat Agung. Di armida ini juga Yesus diturunkan dari Salib dan diletakkan pada pangkuan Bunda Maria. Di sini akhir dari sengsara Yesus, dimana seluruh umat dihantar Yesus masuk ke dalam Gereja Reinha Rosari Larantuka.

.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar