Senin, 23 Mei 2011

K0TA LARANTUKA


Flores Timur dengan Larantuka sebagai ibukotanya,merupakan sebuah kota tua,kota pelabuhan yang berhadapan dengan Adonara dan Solor membuatnya sebagai pusat mobilisasi perekonomian Flores Timur.
Dilihat dari perkembangannya,kota Larantuka terbentuk  mengikuti variasi dari bentuk perkampungannya,yang telah berjalan dari masa ke masa,topografi daerahnya berbukit terjal. Kota dan desanya bertengger di tepi pantai atau di lereng bukit.Menjadi bukti bahwa kota Larantuka berkembang secara alami.
wilayah Larantuka dihuni suku asli Flores Timur yang dikenal sebagai suku Ile Jadi. Sosok leluhur suku asli ini bernama Wato Wele dan Lia Nurat. Nama leluhur suku ini syahdan bersumber dari perut Gunung Ilemandiri, gunung tertinggi di Flores.“Kisah keberadaan leluhur suku asli Flores Timur ini dikuatkan lewat situs makam Wato Wele yang berada di puncak Gunung Ilemandiri. Suku asli ini kemudian membaur dengan pendatang. Warga pendatang ini berasal dari berbagai tempat.
Sistem pemerintahan konon mulai dikenal masyarakat Larantuka sejak abad ke-13. Kota Larantuka tumbuh dan berkembang di bawah pengaruh ekonomi,sosial budaya dan keadaan alam.Dalam perkembangannya kota Larantuka di bagi dalam beberapa masa.
·       Masa sebelum kedatangan Portugis
Kota tumbuh dan berkembang di bawah pengaruh pendatang dari  suku lain di sekitar wilayahnya,ada pula suku pendatang dari Jawa beragama Hindu yang dieja masyarakat lokalnya sebagai warga Sina Jawa. Mereka ini masuk Larantuka semasa era kekuasaan kerajaan Hindu di Jawa pada abad ke-12. Kota dalam masa ini dikelompokan:
Ø Kota pantai
Ø Kota pedalaman

·       Masa setelah kedatangan portugis
Pada masa ini larantuka menjadi sebagai pusat perdagangan dan kebudayaan baru.
Saat misionaris Portugis menyinggahi Larantuka tahun  1556, mereka membaptis Raja Larantuka sebagai pemeluk Katolik. Ini diikuti prosesi permandian iman Katolik kepada 200 rakyat kerajaan. “Inilah awal Raja Larantuka memeluk Katolik.

·       Masa setelah Indonesia merdeka
Pada masa disebut masa transisi,kehidupan penduduk hampir semuanya tergantung pada pertanian tanah kering. Karena hanya memiliki sekali musim tanam, maka waktu antara musim diisi dengan pekerjaan sebagai nelayan atau tukang. Sebagian lagi mengisi waktu dengan merantau, ciri suku bermobilitas tinggi. Kehidupan pria ditunjang sepenuhnya oleh wanita dengan bekerja di kebun dan membuat pekerjaan kewanitaan yang turun temurun seperti menenun dan menganyam. Perlu diketahui, banyak juga penduduk nelayan terutama mereka yang berdiam di daerah pesisir pantai.
Kekurangan pengetahuan dan pengalaman dalam mengelola kota telah mengakibatkan kota Larantuka menjadi berkembang tidak terencana.


 Sebagai pusat pemerintahan Kabupaten Flores Timur, Larantuka terus berupaya menata diri d
idasarkan pada pemahaman bahwa nilai lahan, rent dan cost mempunyai kaitan yang erat dengan pola penggunaan lahan. jalur dan simpul transportasi mempunyai peranan besar terhadap perkembangan kota. maka di harapkan Tata Ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang, dengan tidak meninggalkan kekhasan budaya Lamaholot,sentuhan budaya Romawi, Portugis dan Melayu serta religiositas Kristiani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar